Sunday 13 January 2013

BUDI PEKERTI YANG BAIK

budi-pekerti-yang-baikBudi Pekerti - Orang-orang beriman yang telah mencapai derajat akhlaqul karimah telah mendapatkan posisi ditinggikan di antara manusia dan di sisi Allah. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
Kemuliaan seorang mukmin adalah agamanya, dan harga dirinya adalah keperwiraannya adalah pikiran akalnya dan budi pekertinya.
Orang yang karakternya sholeh dan berbudi pekerti berthabiat akan mendapatkan kebajikan, baik di dunia ini dan di akhirat.

 

Keutamaan budi pekerti di dunia

1. Tuhan akan selalu membantu orang yang memiliki budi pekerti yang baik ketika di dunia. Orang yang berbudi luhur akan luhur, seperti orang naik tangga meskipun satu demi satu, tapi akhirnya akan sampai ke puncak. Karena ada orang-orang beriman yang menjadi pegawai negeri atau karyawan swasta karena mereka memiliki karakter yang luar biasa muliaia posisi penting di pemerintahan / perusahaan. Ada juga profesi lain sebagai pedagang karena mereka dipercaya oleh kejujuran pelanggan mereka bahkan dikomplek mana ia menjual sebagian besar transaksi nya yang menguasai, yang akhirnya perdagangannyapun lebih lancar, ditambah meningkatnya standar hidup.
2. Orang yang berakhlaqul karimah akan diperlakukan dengan baik oleh semua orang, baik orang-orang beriman dan mereka yang bukan dari iman, meskipun pada awalnya mereka benci dan permusuhan, sebagaimana firman Allah yang artinya: Hal ini sama baik dan jahat, menolak (jahat) dengan cara yang lebih baik (bersikap lembut) maka semua orang tiba-tiba di antara kamu ada permusuhan antara dirinya dan tampaknya telah menjadi kekasih setia (QS: Fusilat, 34.). dan Sahabat Abu Bakar mengatakan: Perbaikilah dirimu (samapai memiliki tata krama yang mulia) maka orang akan berbuat baik kepada Anda.

Keutamaan budi pekerti di akhirat

1. Dia akan menerima posisi khusus karena kursi paling dekat dengan Nabi Muhammad. Sebagai kata-kata Nabi, yang berarti: Aku adalah yang paling nyata Anda (Nabi) dan menikmati duduk paling dekat dengan saya pada hari kiamat adalah yang terbaik dari Anda pikiran dan karakter. (HR. Tirmidzi)
2. Pada hari amal perhitungan, ia akan menghadapi skala berat praktik kebaikannyalebih. Sabda Rasulullah SAW yang artinya: tidak lebih parah dari apa pun dari amal timbangan (pada hari kiamat) dari sopan santun. (HR.Abu Dawud)
3. Dia akan mendapatkan tingkat tinggi peringkat yang sama dengan orang yang ahli di malam doa puasa sunnah lagi ahli (ahli ibadah di malam hari). Firman Nabi Muhammad yang artinya: orang-orang nyata iman dengan pikiran yang baik dan karakter yang akan menyamai peringkat ke orang-orang ahli yang terampil puasa sunnah malam doa lagi. (HR. Abu Dawud)
Jadi dengan memiliki sopan santun dan thabi'at mulia maka seseorang akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat, jika orang karakter yang saleh dan kerugian jelek berthabi'at akan mendapatnkan akhirat. Seperti kata Nabi Muhammad yang artinya: termasuk kebahagiaan seseorang adalah budi pekerti, dan termasuk celakanya pikiran jelek budi pekertinya.
Jadi artikel ini, mungkin bermanfaat bagi siapa saja yang membaca.

Saturday 12 January 2013

KEBENARAN QUR’AN HADITS JAMA’AH



Kebenaran-qur'an-hadits-jama'ah.jpgKebenaran Qur’an Hadits Jama’ah  - Sebagai jalan menuju surga selamat dari neraka bukannya hasil rekayasa atau fanatisme golongan, tetapi berdasarkan dalil – dalil haq dari Al-Quran dan Al-Hadits yang tak seorangpun bisa mambantah kebenarannya. Kalupun ada orang yang menyalahkan, barangkali bisa dipastikan bahwa itu hanya karena faktor pribadi yang memaksakan dirinya untuk tidak lagi mengakui kebenaran sejati, yang sesungguhnya bertentangan dengan hati nuraninya.

Maka kebenaran ini wajib kita wariskan pada anak – anak kita sebagai generasi penerus. Betapa besar kesalahan kita, jika anak - anak kita tidak lagi bisa menetapi kebenaran Qur’an Hadits Jama’ah karena kelengahan kita. Karena hakekatnya apa yang kita capai hari ini adalah hasil perjuangan masa lampau, sedangkan apa yang akan kita peroleh dimasa mendatang adalah tergantung pada apa yang kita lakukan hari ini. Ingatlah pada yang pernah dikatakan oleh sahabat Salman Al Farisy yang


artinya : tidak henti – hentinya manusia dalam keadaan baik, selama generasi tua masih hidup dan generasi muda mau belajar ilmu darinya. Maka jika generasi tua telah mati sebelum generasi muda belajar ilmu darinya, maka rusaklah manusia. ( HR. Addarimiy)

 Kemuliaan Qur'an Hadits

Sudah menjadi sunnatulloh, bahwa manusia yang diciptakan oleh Alloh dipermukaan bumi ini akan selalu silih barganti, dari zaman ke zaman, generasi ke generasi sejak Nabi Adam AS sampai hari kiamar. Demikianlah proses alih generasi itu berjalan terus secara alamiah, sesuai dengan mekanismenya, sampai kemudian diutuslah Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi. Maka bersamaan saat itu lahirlah generasi baru ummat penyembah Alloh, yaitu ummat Muhammad SAW sebagai kholaif fil ardli.  Sebagaimana Firman Allah dalam Al Qur’an :



ثُمَّ جَعَلْنَاكُمْ خَلاَئِفَ فِي الأَرْضِ مِن بَعْدِهِم لِنَنظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ (سورة يونس14)


Artinya : kemudian kami jadikan kalian (Ummat Muhammad) sebagai generasi pengganti di bumi ini, setelah mereka (ummat – ummat terdahulu), agar kami melihat bagaimana kalian beramal (untuk menthoatinya).



Dalam perkembangannya, setelah mengalami pasang surut, akhirnya sampai jualah Agama islam yang haq ini di bumi persada Nusantara, melalui suatu proses perjuangan pemurnian agama. Ini semua adalah berkat pertolongan Allah atas keseriusan dan kesungguhan perjuangan generasi pendahulu kita, yang kemudian semangat juang itu ditanamkan kepada generasi sekarang untuk mewariskan kepada generasi mendatang. Dengan demikian, maka cita – cita luhur untuk melestarikan Qur’an Hadits Jama’ah ini, dengan izin Allah akan menjadi kenyataan.




Perkembangan Qur'an Hadits Jama'ah

Seiring dengan perkembangan jama’ah yang semakin pesat, kegiatan yang dilakukan baik dilihat dari segi kualitas maupun kuantitasnya semakin tinggi, permasalahan yang ada pun juga semakin banyak dan beragam, maka penggalian potensi untuk mempersiapkan proses regenerasi dan rekruitmen dari generus untuk mendampingi generasi sekarang maupun menggantikan generasi terdahulu, merupakan kebutuhan yang sangat mendesak.
Kita semua pasti berharap bahwa jama’ah dimasa mendatang harus lebih faham jama’ah, lebih solid, rukun dan kompak, lebih mutawari’ dan zuhud, lebih sakdermo dan tha’at, lebih takut terhadap dosa dan maksiat, lebih lancar dan berkembang dengan pesat. Maka sudah pasti yang harus dimiliki oleh generasi penerus adalah kefahaman agama, kefahaman jama’ah, memiliki akhlak mulia dan thabi’at yang baik serta mengenal dan memahami semua aspek perjuangan dalam jama’ah dan selalu mengikuti perkembangan pola perjuangan jama’ah, agar alih tongkat estafet kepengurusan bisa berjalan dengan baik dan bisa mempertahankan Qur'an Hadits sampai mati sesuai dengan kepentingan perjuangan Jama’ah.  

Friday 11 January 2013

Teladan dari Ikrimah bin Abu Jahl

http://dakwahdiawalfajar.blogspot.com/2013/01/teladan-dari-ikrimah-bin-abu-jahl.html

Mengingat Ikrimah bin Abu Jahl diberi sosok sahabat Nabi dalam model peran beritsar. Ikrimah contoh altruistik kemuliaan pribadi. Sejarah mencatat, di antara mereka termasuk dalam jajaran Yarmuk Perang adalah Haris bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahal dan Suhail bin Amar. Pada saat kematian mereka, ada seorang teman yang memberinya air minum, tetapi mereka menolak. Setiap kali air akan diberikan kepada salah satu dari tiga orang, maka masing-masing dari mereka mengatakan? Berikan air saya hanya di sebelah saya.? Dengan demikian mereka menyatakan seterusnya, sehingga tiga dari mereka akhirnya menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan yang tidak memiliki waktu untuk minum air.


Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Ikrimah benar-benar berniat untuk minum air, tetapi pada saat ia akan minum, ia memandang ke arah Sohail dan Sohail melihatnya pula, maka Ikrimah berkata:? Berikan kepadanya untuk minum air saja, mungkin itu adalah kebutuhan lebih dari saya.? Haris Sohail juga melihat, serta Harris melihatnya. Akhirnya Suhail mengatakan:? Beri air minum kepada siapa pun, mungkin teman-teman saya lebih dari yang saya butuhkan.? Begitulah cara mereka, sehingga air tidak salah satu di antara mereka yang bisa minum, sehingga ketiganya menjadi martir.


Dari cerita tentang beritsar Ikrimah, saya teringat kata-kata dari seorang sarjana yang mengatakan bahwa orang lain tidak perlu memberikan prioritas untuk melakukan hal-hal besar. Kita bisa melakukan hal-hal sederhana yang orang lain mungkin dianggap remeh. Dalam angkutan kota, misalnya, membantu orang lain dengan duduk di tempat yang memungkinkan orang untuk masuk. Jika kursi masih kosong, sebaiknya tidak duduk di dekat pintu dengan alasan untuk turun lebih mudah, lebih segar karena angin dari arah pintu atau alasan lain yang menyenangkan diri sendiri ketika itu sebenarnya sulit bagi orang lain untuk masuk. Demikian pula, jika kita menghadiri majelis taklim. Sering kita duduk di tempat yang benar-benar menyulitkan orang lain yang akan pergi di tangga atau dekat pintu masuk misalnya. Meskipun terlalu sulit bagi kita untuk mengambil tempat duduk di tempat lain meskipun mungkin tidak senyaman di tangga atau di pintu.
Salah satu contoh dari praktek konsep beritsar oleh orang dapat ditemukan di Jepang. Ketika kami berjalan menaiki tangga, harus dilakukan di bahu kiri, karena bahu kanan biasanya digunakan oleh orang-orang yang ingin buru-buru ke tempat lain. Sebagai contoh lain, pengendara mobil biasanya memberikan kesempatan bagi pengendara sepeda untuk menyeberang, terutama pada jalan-jalan yang tidak menggunakan lampu lalu lintas. Mungkin contoh ini hanyalah sebuah contoh kecil, tetapi memberikan kenyamanan yang tinggi kepada masyarakat untuk kepentingan orang lain diabaikan. Masih terkait dengan itsar. Contoh lain dari Nasrudin Hoja. Meskipun kisah bukanlah sesuatu yang dapat digunakan sebagai contoh.

Mullah Nasrudin Hoja mengajarkan, bahwa salah satu karakteristik pribadi yang mulia adalah altruistik. Suatu hari, Nasrudin dan gurunya makan di sebuah warung. Pelayan kemudian menyajikan dua buah plat ikan, yang salah satu piring berisi ikan yang lebih besar dari ikan di piring lain. Nasrudin dengan cekatan mengambil ikan besar. Terkejut, guru mengatakan Nasrudin 'Bukankah aku mengajarkan Anda bahwa pribadi yang mulia adalah mereka yang menempatkan kepentingan orang lain? ". Nasrudin menjawab, "Ya, Guru, dan saya berniat untuk memuliakan Tuhan."

Semoga kisah ini bisa menjadi teladan buat kita semuanya dan bisa mengubah hidup kita kearah yang lebih baik lagi.